Masih menggunakan komposisi yang
sama dengan film pendahulunya: campuran girls in bikini dengan funny
dialog dan penampakan setan mangap.
Cerita yang ditawarkan dalam Pulau Hantu 2
hampir tidak berbeda jauh dengan Pulau Hantu jilid pertama. Sekumpulan
pemuda – pemudi berlibur di sebuah pulau di tengah laut. Mereka adalah
Aura (Wiwid Gunawan), Tya (Garneta), Marsha (Astrid Satwika ), Brian
(Nicky Tirta) dan Joe (M.Riza). Keberadaan mereka di pulau berhantu tadi
adalah untuk merayakan pernikahan teman mereka, Michael (Reza
Rahadian) dan Kayla (Uli Auliani). Agar ada kaitan dengan seri pertama,
dihadirkan Dante (Ricky Harun) dan Nero (Abdurrahman Arif).
Seperti
seri pertama, para pemuda – pemudi tadi yang dilarang memasuki kawasan
terlarang di belakang pulau, dengan acuhnya melanggar larangan tadi.
Selanjutnya mudah ditebak, si setan mulai melancarkan aksinya tanpa
adanya penjelasan yang cukup kenapa dia begitu kurang kerjaan
menunjukkan dirinya. Tanpa etika, si setan mulai menebarkan terror di
tengah balutan komedi konyol, yang konyolnya terasa lucu.
Cerita
film ini memang amat sangat sederhana dan terkesan membodohi logika,
seperti adegan lari di tengah hutan yang terlalu lancer, padahal
kondisinya terjadi di waktu malam hari. Pemunculan hantunya yang tidak
terlalu mengejutkan seperti halnya di Pulau Hantu seri awal. Belum
lagi adegan pembantaian di akhir cerita, dimana disisi yang lain para
figuran sibuk berpesta pora seakan terpisah dari cerita.
Namun
untungnya film ini lumayan memberikan beberapa penebusan dosa yang
lumayan segar. Duet kocak Ricky Harun dan Abdurrrahman Arif mengalir
dengan enak dan menghibur, meski kekonyolan mereka hadir terlalu
berlebihan hingga akhirnya membuat sedikit muak. Secara visual,
terlihat digarap dengan lebih serius oleh Jose Purnomo. Dari gambar –
gambar yang dihasilkan, terlihat betapa terampilnya Jose dalam mengolah
gambar. Penggunaan GPS oleh para tokohnya merupakan sebuah langkah
cerdas dan kreatif.
Pulau Hantu 2 memang sibuk menghadirkan
humor konyol dan “potensi yang menonjol” para pemain ceweknya. Akibatnya
Jose seakan menafikkan unsure utama sebuah film horror yakni menakut –
nakuti penonton. Dibandingkan seri pertama, efek kejut dari pemunculan
sang hantu sangat jauh berkurang. Tanpa ekspektasi berlebihan, film
ini mampu menghadirkan hiburan yang cukuplah.